Minggu, 31 Mei 2009

Perbedaan Modernisasi, Westernisasi, Globalisasi dan Pembangunan

Moderniasasi mengarah kepada mengubah cara berpikir tradisional dan irrasional menjadi cara berpikir rasional, efisiensi, dan praktis.
Westernisasi mengarah kepada proses identifikasi dan imitasi budaya barat.
Globalisasi merupakan peningkatan kesalingtergantungfan antar Negara di dunia, bahwa tidak ada Negara yang mampu hidup sendiri tanpa bantuan Negara lain.
Pembangunan adalah suatu perubahan yang sengaja dilakukan denagnperencanaan yang matang untuk membangun Negara ke dalam kondisi yang lebih maju.
Orang Indonesia yang mengadaptasi gaya hidup kebarat-baratan seperti (suka minum-minuman keras, freeseks, senang hura-hura) itulah yang disebut condong ke arah Westernisasi. Orang seperti itu belum tentu modern dalam mentalitasnya, mungkin sesekali mereka itu masih bergaya feodal, tidak disiplin, tidak bermutu, karya-karyanya, dan jumlah anaknya pun masih banyak. Cara hidup kebarat-baratan sperti konsumerisme juga bukan tindakan yang rasional untuk ditiru, karena berefek pada pemborosan dan semakin memuncaknya tagiahn kartu kredit.
Dalam melakukan Modernisasi tidak perlu dengan Westernisasi. Hidup modern dengan menggunakan unsur-usur budaya Barat seperti ilmu dan teknologi itu tidak berarti bahwa kita melakukan Westernisasi, tetapi dalam rangka transformasi ilmu dan teknologi.
Globalisasi merupakan suatu media penyebaran budaya, tidak hanya penyebaran westernisasi, dan modernisasi saja, tetapi juga budaya-budaya lain yang tidak harus berasal dari Negara barat. Contohnya dengan adanya islamisasi, islamisasi di Indonesia berkembang sangat cepat karena adanya globalisasi. Cara berpikir islam pun tidak hanya mengutamakan rasional saja, tetapi juga sangat memperhatikan unsure irrasional, bahwa ada kekuatan lain yang lebih tinggi dari manusia yang mengatur alam semesta ini. Cra berpikir modern yang rasional tidak mampu menggambarkan adanya kenyataan tersebut.
Pembanguan juga berbeda dari modernisasi, westernisasi, dan globalisasi, letak perbedaan tersebut sangat mencolok. Bahwa pembangunan di Indonesia berdasar ideologi pancasila, yang diadakan untuk kepentingan rakyat, tidak seperti modernisasi, westernisasi, dan globalisasi yang lebih mengarah pada pembangunan bersifat neoliberal.
Dengan demikian jelas bahwa modernisasi, westernisasi, globalisasi dan pembangunan memiliki perbedaan.

Persamaan Modernisasi, Globalisasi, Westernisasi, dan Pembangunan

Bangsa Indonesia merupakan masyarakat multikultural yang memiliki keragaman budaya, setiap suku bangsa memiliki struktur budaya masing-masing. Dalam konteks modernisasi, westernisasi, dan globalisasi, buadaya di bagi menjadi dua macam yaitu budaya lokal dan budaya asing. Budaya asing adalah budaya yang datang dari luar negeri kususnya Negara-negara maju. Sedangkan budaya lokal adalah budaya setempat yang dimiliki oleh sekelompok masyarakat dalam bentuk Negara. Modernisasi, westernisasi, dan globalisasi adalah bentuk perubahan social yang mengarah kepada perubahan terencana di segala bidang, atau yang disebut Pembangunan. Dampak positif adanya modernisasi, westernisasi, dan globalisasi sama-sama dapat mempercepat pembangunan suatu daerah.
Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang umumnya diciptakan oleh Negara barat (westernisasi) dimaksudkan untuk meningkatan efisiensi dan efektivitas kerja manusia (modernisasi). Didukung dengan adanya globalisasi, dunia semakin tanpa batas, dan mengakibatkan budaya asing dapat masuk ke Indonesia dengan mudah. Kemajuan Ilmu pengetahuan dan teknologi mendukung program pembangunan Negara terutama pembangunan infrastruktur dan sumber daya manusia.

Dampak Tingginya Laju Pertumbuhan Kendaraan Bermotor

Peningkatan laju pertumbuhan kendaraan bermotor pribadi yang dipacu oleh maraknya pembangunan infrastruktur jalan raya menjadi faktor utama penyebab kecelakaan lalu lintas paling tinggi di Indonesia. Di California menunjukkan bahwa setiap 1% peningkatan panjang jalan raya dalam setiap mil akan menghasilkan peningkatan jumlah kendaraan yang lewat 0,9% dalam waktu lima tahun (Hanson, 1995).
Sementara itu, pengalaman di Jakarta juga menunjukkan bahwa dalam kurun waktu 1999-2008 saja, setiap ada pertambahan panjang jalan sepanjang 1 kilometer di kota ini, akan selalu diikuti dengan pertambahan jumlah kendaraan bermotor sebanyak 1.923 unit mobil pribadi dan 3.000 kendaraan bermotor roda dua .
Kecelakaan lalu lintas terutama di darat begitu banyak terjadi selama
kurun waktu terakhir ini. Lebih-lebih menjelang, pada saat, dan setelah Idul Fitri. Peningkatan arus mudik melalui darat, laut, maupun udara terjadi cukup tajam. Kepadatan di jalur-jalur lalu lintas serta kemacetan terjadi di mana-mana sebagai bagian dari warna-warni Lebaran. Tetapi mengapa harus tetap terjadi kecelakaan yang begitu beruntun. Tidak mampukah kita belajar dari kesalahan masa lalu. Belajar dari kecerobohan yang dilakukan orang lain, agar terhindar dari kecelakaan. Mungkin ada yang menjawab, di Negara maju yang katanya sudah serba canggih saja masih ada kecelakaan. Lebih-lebih di negara sedang berkembang yang serba terbatas kondisinya. Baik menyangkut peralatan maupun sumber daya manusia.
Data tentang kecelakaan lalu lintas yang terjadi selama arus mudik cukup memberikan gambaran yang memprihatinkan. Tercatat sejumlah 63 kecelakaan yang dilaporkan ke Posko Lebaran Departemen Perhubungan hingga sekarang. Kecelakaan itu menelan korban 23 orang tewas, 56 luka berat, dan 113 luka ringan. Ruas jalan tol Jakarta-Cikampek menduduki peringkat tertinggi dengan 21 kecelakaan, sedangkan ruas jalan tol Jagorawi mencatat 12 kecelakaan. Terjadi penurunan jumlah kecelakaan di luar jalan tol dibandingkan dengan tahun lalu. Meskipun demikian, secara total masih terjadi peningkatan karena jumlah kecelakaan yang terjadi di jalan tol mengalami kenaikan hampir 50 persen.
Fakta tersebut diatas menunjukkan bahwa adanya arus globalisasi dan modernisasi menyebabkan ketimpangan. Hal ini karena semakin mudah melakukan perdagangan lintas Negara, sehingga kendaraan bermotor yang di impor dari luar negeri dapat masuk dengan mudah ke Negara kita. Melalui intervensi utang lembaga finansial dunia seperti IMF dan ADB, Indonesia terpaksa harus menggratiskan bea pajak impor kendaraan bermotor. Akibatnya, organisasi perdagangan dunia (World Trade Organizing) membanjiri Indonesia dengan produk-produk otomotifnya. Mereka adalah perusahaan-perusahaan trans raksasa (Trans National Cooperation) berskala global yang tidak mengenal batas Negara
Indonesia sendiri dilihat dari sumber daya manusianya belum siap untuk menerima perubahan ini, faktor tertib lalu lintas belum mampu dilaksanakan dengan baik terbukti dengan tingginya angka kecelakaan lalu lintas.
Contact Tables

I edited my layout at Bigoo.ws, check out these Myspace Layouts!

Pengikut